Sunday, September 26, 2010

Tahyul

                                       بسم الله الرحمن الرحيم

Kita sepakat agar bangsa Indonesia menghindari hal-hal yang berbau tahayul, atau sering juga disebut mistik yaitu suatu upaya mencari jalan meraih sesuatu bukan dengan kerja keras, berfiir logis dan mengandalkan kemampuan diri sendiri, tapi mengandalkan hal-hal yang berbau mistis. Bentuknya bisa minta pertolongan ke dukun, ''orang pintar'', atau disebut juga para normal, mempercayai batu-batuan yang digunakan untuk cincin. Demikian harapan Presiden SBY yang disampaikan baru-baru ini saat menerima sekitar 500 guru alumni pelatihan program CSR (Corporate Social Responsibility) Republika-Telkom di Istana pada Sabtu lalu (2/6).

Orang percaya tahyul ini termasuk juga orang yang aneh, karena diantaranya ada yang percaya kepada keris
seolah-olah memiliki kekuatan magis religius padahal itu hanya besi ciptaan Allah, percaya kepada pohon kayu besar yang dianggap ada penghuninya yang disembah-sembah oleh sang dukun, bakar kemenyan untuk mendapatkan kekuatan dibarengi dengan membaca-baca mantera, mendatangi kuburan-kuburan yang dianggap keramat lalu meminta sesuatu kepadanya padahal orang hidup saja tidak bisa menolongnya.
Ada juga orang yang percaya terhadap ramalan bintang katanya iseng-iseng tapi sesungguhnya sedikit banyaknya ia percaya dan rajin mengulang-ulangi untuk membaca dan mendiskusikannya, meyakini ramalan nasib dari peramal, meyakini mimpi-mimpi sampai mempengaruhi jiwa normalnya.
Seringkali ia terikat dengan kepercayaan
terhadap demikian sehingga tidak lagi perfikir logis. Sering didapati hidupnya diatur oleh kepercayaan terhadap hal-hal yang berbau ghaib yang tidak pernah diajarkan oleh
Islam dan tak pernah dipraktekkan oleh Nabi Muhammad SAW selama hayatnya. Hampir sama cara orang mempertahankan tahayul, ada katanya ia menerima warisan secara turun-temurun dari kakeknya atau ada yang diberikan orang lain seolah-olah kagum terhadap dirinya.
Orang-orang yang percaya kepada tahayul menandakan bahwa pemahamannya terhadap ajaran tauhid rendah sekali, tidak percaya kepada diri sendiri, tidak penuh keyakinanya kepada Allah, tidak mampu melakukan sesuatu atau tak mampu bersaing secara sehat mengandalkan prestasi dengan orang lain untuk
meraih sesuatu, lalu ia mencari jalan pintas. Seperti orang yang ingin cepat kaya dengan cara mencuri, korupsi atau main judi karena tidak sabar mengumpulkan uang sedikit demi sedikit.
Orang yang percaya kepada tahyul termasuk ke dalam perbuatan syirik, perbuatan yang menyekutukan
Allah, merendahkan Allah, sangat dibenci Allah, membuat tandingan kekuatan di luar kekuasaan Allah padahal semua kekuatan berasal dari Allah dan kembali kepada Allah. Kadang mempermainkan agama dengan menggunakan tulsan ayat-ayat al Qur’an sebagai tameng untuk mengkelabui. Perbuatan ini termasuk dosa besar tergolong perbuatan yang dikmurkai Allah dan menempuh jalan yang sesat. Kita selalu berdoa
berkali-kali setiap hari kepada Allah dalam surat al Fatiha; ”Tunjukilah kami jalan yang lurus, jalan yang Engkau beri nikmat atas mereka, bukan jalan yang Engkau murkai dan bukan pula jalan yang sesat. Semoga kita tergolong orang yang terhindar dari perbuatan itu. Sekiranya ada diantara kita yang terlibat, segeralah bertaubat.

Hindari anak, Keluarga  Dan Masyarakat dari Pengaruh Tahyul

Hendaknya kita juga ikut menjaga agar anak-anak kita dan lingkungan saudara, sanak famili serta tetangga kita terhindar dari kepercayaan terhadapi hal-hal berbau takhayul tersebut. Mengundang setan untuk bergentayangan menjadi tamu yang terhormat. Jangan sampai lingkungan kita menjadi manusia aneh yang tidak normal. Jika kita melihat ada praktek demikian sudah menjadi kewajiban kita bersama untuk menegur dan memberi tahu bahwa perbuatan itu sesat, jangan didiami karena hanya ingin  menjaga hubungan baik
dengan orang yang melakukannya, Utamakan Allah, mengingatkan seseorang bisa dilakukan dengan cara yang bijaksana dan penuh simpati agar tidak timbul antipati. 
Jika kita melihat ada orang berprilaku demikian, kita tetap mendiami, maka kita akan ikut terkena dosanya meskipun kita tidak ikut melakukannya. Jika kita telah mengingatkan orang yang melakukan praktek tahayul, akan tetapi orang tersebut tidak mengindahkannya dan tetap melakukannnya, barulah kita terlepas dari dosanya. Jika kita mampu dengan
kekuatan dan kekuasaan menyingkirkan hal-hal yang berbau mistik, itu merupakan kewajiban dan perbuatan yang sangat terpuji. Penyakit tahayul ini ibarat penyakit menular, jika tidak di cegah nanti akan merembet ke orang lain, sering menimbulkan fitnah, saling mencurigai sesamanya dan hidup jadi tidak sehat dan tidak tenteram. Jika kita sayang dengan Indonesia jangan sampai jatuh menjadi bangsa yang tidak normal bersaing tidak pakai akal sehat tentu kita dengan senanghati ikut membasminya.

Bangsa Yang Diatur Oleh Mistik
Bagaimana kalau bangsa Indonesia sudah dikuasai oleh hal-hal yang bersifat tahyul, tentu kita tidak lagi berfikir logis, bisa terjadi menyerang musuh denga membakar kemenyan, mencari sipmati tidak dengan keramahan tapi pakai susuk, untuk lulus ujian tidak dengan balajar keras tapimen  cari wangsit ke puncak gunung, ingin menduduki jabatan minta nasehat orang yang tidak berfikir normal, minta petunjuk untuk melakukan starategi memenangkan persaingan dagang dengan bangsa lain kepada orang yang tidak belajar ilmu di sekolah padahal orang yang dimintai pendapatnya itu biasanya hidupnya susah, tidak berpendidikan tinggi dan hidup dalam kondisi tidak wajar. Dalam Harian Republika diberitakan bahwa dalam kenyataannya bangsa Indonesia merupakan bangsa yang cenderung kepada hal-hal yang berbau mistis, percaya pada hal-hal yang bersifat takhayul. Sekarang makin menjamur iklan-iklan dan pemberitaan di media massa, kita sering mendengar ada ''orang pintar'' yang menawarkan jasa ''apa saja bisa''. Bisa menyembuhkan berbagai penyakit, melanggengkan pasangan, meluluhkan hati dan pikiran lawan jenis atau atasan, melestarikan atau menggolkan jabatan, menggandakan kekayaan, meramal nasib, dan sebagainya. Bahkan ada pula yang mengaku bisa memberhentikan luapan lumpur Lapindo. Yang terakhir ini, anehnya, harus ada panjar atau uang muka dulu.

Munculnya para dukun dan ''orang-orang pintar'' ini tentu tak terlepas dari hukum dagang: supply and
demand
. Mereka hanya merespons atau tepatnya memanfaatkan kecenderungan masyarakat yang gemar ''serbapintas'' dengan lari ke hal-hal yang supranatural tersebut. Dan, faktanya memang tidak sedikit dari ''orang-orang pintar'' itu yang kaya dengan memanfaatkan ''kebodohan'' sebagian masyarakat tadi. Bahkan beberapa stasiun televisi juga sengaja mengeruk keuntungan dari kecenderungan masyarakat itu dengan menayangkan program-program mistis dan takhayul.
Kondisi demikian tentu sangat memprihatinkan. Memprihatinkan karena inilah ciri-ciri negara dan bangsa yang terbelakang. Tidak ada negara maju yang dibangun dengan mistis, takhayul, dan serta tak rasional. Bangsa dan negara yang maju adalah yang masyarakatnya mau berkeringat dan percaya pada kemampuan diri. Demikian yang disinyalir oleh Surat Kabar Harian Republika. Di zaman ini sudah banyak diantara kita yang sudah berpendidikan, sudah banyak siaran agama yang menjelaskan tentang hal-hal yang dilarang, sudah disadari bahwa dahulu sebelum Islam masuk ke Indonesia bangsa kita menganut paham Animisme dan Dinamisme. Selanjutnya dimantapkan dengan masuknya ajaran agama yang berbau mistik. Islam telah datang untuk membebaskan bangsa Indonesia dari hal-hal yang berbau mistik tersebut, seyogyanya hal-hal yang berbau faham yang bertentangan dengan ajaran Islam sudah lama ditinggalkan.

Semoga kita tidak berjalan mundur, kita ingin menapak jalan ke depan. Bangsa lain sudah merintis jalan berfikir jauh ke depan. Mereka diantaranya jadi pelopor ilmu dengan menggunakan akal sehat, sudah menemukan teknologi transportasi dan komunikasi yang canggih untuk mengatasi kesulitan hidup. Jika kita tetap bertahan dengan model tahayul, maka kita akan menjadi bangsa yang tertinggal, bangsa pengikut dan menjadi tertawaan orang lain.

No comments: